CERITA MISTERI

Bercinta dengan Wanita Siluman


Mungkin jarang yang mengalami. Namun bagaimana jika saat melakukan wisata alam kali ini, Hartono, mengalami pengalaman yang menyenangkan sekaligus mengerikan. Dan hal ini teradi saat dia kemping di areal wisata alam Coban Rondo, Pujon-Malang, Jawa Timur. Berikut adalah penuturannya kepada Misteri.
Waktu itu, Juli 2003, bersamaan dengan datangnya masa liburan semester. Seperti biasa, saat itu, bersama dengan empat orang sahabat satu kampus aku berniat menghabiskan waktu liburan dengan kemping --- dari kesepakatan, maka, tujuan yang kami pilih adalah ke Taman Wisata Air Terjun Coban Rondo yang ada di sekitar kota Malang. Kebetulan, letaknya tak jauh dari rumah paman salah seorang sahabat kami. Sardjito.
Singkat cerita, setibanya di sana, kami pun langsung mendirikan tenda yang letaknya agak jauh dari lokasi air terjun. Setelah sejenak beristirahat, sore harinya, kami pun berencana untuk mencari makan dan sekaligus menumpang mandi di warung-warung makan yang banyak terdapat di sana.
Untuk menuju ke warung makan yang letaknya berdekatan dengan air terjun, kami harus melewati areal perkebunan yang lumayan pisang. Di tengah perjalanan itulah, Hartono melihat deretan rumah penduduk di mana dari salah satu rumah penduduk itu dia sempat melihat ada seorang gadis manis yang sedang duduk di beranda rumahnya.
Keduanya saling bersirobok pandang. Bahkan, gadis itu menatap Hartono sambil melontarkan senyumannya yang manis. Mendapat senyuman seperti itu, tentu saja hati Hartono jadi berbunga-bunga. Dan saat itu pula timbul niatan di hatinya untuk berkenalan lebih jauh dengan gadis itu. Tapi, keinginan itu untuk sementara ditepisnya. Apalagi, teman-temannya sudah jauh berjalan meninggalkannya dan seolah tidak melihat keberadaan gadis cantik itu. Akhirnya, mau tak mau Hartono pun memutuskan untuk harus mengikuti teman-temannya.
Saat mengayunkan langkah, sesekali Hartono menoleh ke belakang untuk memandang wajah sang dara yang mampu memikat hatinya pada pandangan pertama. Dan yang makin membuat Hartono kian mabuk kepayang, ternyata, sang dara balas menatapnya sambil terus melonarkan senyum manisnya. Sepulangnya dari mandi dan makan, bersama dengan keempat sahabatnya, Hartono kembali melewati jalan setapak itu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata sang dara manis itu masih duduk di beranda rumahnya. Tampaknya, dia seolah sengaja menunggu Hartono yang pasti akan melewati jalan itu. Sudah tentu, Hartono yang telah jatuh cinta pada pandangan pertama jadi amat senang. Dan tanpa disangka-sangka, ternyata, sang dara seolah sengaja mengikuti langkah Hartono yang kebetulan berjalan paling belakang. Bahkan, dalam kesempatan yang teramat singkat itu, sang dara yang memperkenalkan dirinya bernama Sri Ningrum, mempersilahkan Hartono malam nanti untuk berandang ke rumahnya dengan syarat tidak membawa teman-temannya.
Mendapat kesempatan seperti itu, sudah barang tentu hati Hartono jadi makin berbunga-bunga. Sehingga dia tak pernah menyadari bahwa sang dara yang mengaku bernama Ningrum telah hilang. Raib ditelan bumi! Dan dia baru sadar ketika menoleh ke belakang, ternyata, sang dara telah menghilang entah kemana.
Sebenarnya, hati Harttono sempat galau. Namun, perasaan itu sengaja ditekan dalam-dalam apalagi hatinya tengah berbunga-bunga karena malam nanti akan mengunjungi rumah sang dara. Seiring tenggelamnya mentari di ufuk barat dan setelah mohon diri pada semua teman-temannya, dengan mantap, Hartono pun mengayunkan langkahnya ke rumah Sri Ningrum. Sementara itu, Sarjito, sempat mengingatkan Hartono agar berhati-hati dan waspada di daerah yang baru dikenalnya itu.
Hartono menganggukkan kepala dengan acuh. Lagu-lagu cinta seolah mengiringi tiap ayunan langkah Hartono. Hatinya juga diliputi perasaan bahagia yang tak terkira, karena, sebentar lagi dia akan bertemu dan bercengkerama dengan sang dara yang mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena jiwa mudanya, sesekali terlintas angan kotor dalam benaknya.
Setibanya di depan rumah, Sri Ningrum, Hartono pun langsung mengetuk pintu. Jantungnya seolah copot dari tangkainya. Betapa tidak, ternyata, Sri Ningrum yang membukakan pintu dan langsung mempersilahkannya masuk. Setelah saling bersitatap sambil menguarkan senyum, Sri Ningrum pun mempersilahkan Hartono untuk duduk di ruang tamu yang sederhana dan meminta izin untuk ke belakang guna membuatkan minuman bagi mereka berdua. Tak lama kemudian, Sri Ningrum kembali dengan dua gelas minuman panas. Kini, keduanya asyik bercengkerama diiringi dengan suara binatang malam yang mengalun bagaikan simpono conta. Dan dari Sri Ningrum pula Hartono tahu, ternyata, kedua orang tua sang dara sedang pergi. Hati Hartono jadi makin melambung. Saat itulah pikiran kotor pun mulai merasuki jiwanya.
Malam kian larut. Entah siapa yang mendahului, kini, bibir kedua insan yang berlainan jenis itu saling berpagut. Tangan Hartono yang nakal dengan bebas bermain-main di seputar dua bukit kembar, sementara, jemari tangan yang satunya mulai menyusuri ilalang tebal yang memenuhi seputar danau kenikmatan. Selanjutnya, erangan dan lenguhan saling bersahutan seiring dengan tubuh yang mengejang manakala keduanya melontarkan lahar yang telah sekian lama terpendam dalam tubuhnya masing-masing.
Keduanya saling tatap sambil melontarkan senyum kepuasan. Walau didera kelelahan, Hartono berpamitan pulang dan berjanji akan kembali pada esok malamnya. Di kepekatan malam, di sela-sela lolongan anjing malam, dengan hati-hati dan tidak merasa takut sedikit pun Hartono berjalan sendirian menyusuri perkebunan pisang sambil menyalakan senter ditangannya.
Karena pergi yang cukup lama, setibanya di perkemahan, Hartono pun lansung diberondong pertanyaan oleh para sahabatnya. Alih-alih merasa bersalah, Hartono hanya diam seribu bahasa. Bahkan sesekali tersenyum hingga membuat para sahabatnya menjadi dongkol.
Esok malamnya, kembali Hartono menyambangi rumah “pacar barunya”. Sama seperti yang sebelumnya, Hartono dan Sri Ningrum selalu mengumbar kenikmatan syahwat hingga berkali-kali. Dan seperti biasanya, di depan para sahabatnya Hartono hanya diam seribu bahasa. Hingga akhirnya waktu pulang ke Jakarta pun tiba.
Karena Jum’at siang mereka harus kembali ke Jakarta, malamnya, Hartonopun menyambangi “pacar barunya” untuk berpamitan. Sri Ningrum amar sedih dan kecewa karena Hartono akan meninggalkannya. Tetapi, dengan bahasa yang manis dan puitis sambil membelai rambut hitam Sri Ningrum, Hartono pun berjanji akan segera kembali datang kepadanya.
Sebagai tanda ikatan cinta kasih, Sri Ningrum mengharap agar Hartono mau menemaninya hingga pagi hari. Tanpa pikir panjang, tentu saja, Hartono merasa senang dan yang terpikir dalam benaknya hanyalah begaimana mereguk kenikmatan syahwat sepuas-puasnya!
Dan benar, malam itu, tak sedetik pun waktu yang terlewatkan dengan sia-sia. Boleh dikata, sepanjang alam itu hartono seolah tak pernah merasa puas untuk terus memacu “kuda poni-nya” mendaki gunung gemunung kenikmatan, sementara itu, dengan lincahnya sang “kuda poni” berlari dan mempertahankan agar sang joki tetap ada di atasnya hingga pagi hari.
Karena kelelahan yang teramat sangat, Hartono tertidur pulas di samping Sri dengan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Paginya, Sarjito, juga para sahabat Hartono yang lain jadi kebingungan. Betapa tidak, walau telah terang tanah, tetapi, Hartono belum juga balik.
Setelah sejenak berunding, akhirnya, keempatnya bertekad untuk mencari Hartono dengan menyusuri kebun pisang yang terletak di pinggir jalan. Belum lama mereka mencari, secara kebetulan, ada seorang pemilik warung yang melewati jalan itu melihat ada sesosok lelaki tanpa mengenakan pakaian sedang tertidur pulas. Saat sang pemilik warung sedang berusaha membangunkan, Sarjito beserta para sahabatnya datang dan langsung menghampiri.
Bak disambar petir di siang bolong, ternyata, lelaki yang tengah dibangunkan oleh sang pemilik warung tadi adalah Hartono. Sahabat yang tengah mereka cari-cari. Hartono tampak bingung. Dan ketika menengok ke kanan dan ke kiri, yang tampak hanyalah hamparan pohon pisang dan rerumputan yang berembun. Di mana Sri Ningrum dan rumahnya?
Sebelum pertanyaan itu terjawab, dia segera diperintah oleh para sahabatnya untuk segera mengenakan baju, dan setelah agak tenang, Hartono pun dibawa oleh pedagang itu ke warungnya dengan diikuti para sahabatnya. Setelah diberi air minum, Hartono pun menceritakan seluruh kejadiannya.
Sang pemilik warung itu hanya bisa menghela nafas panjang dan menceritakan bahwa di areal perkebunan pisang itu terkenal dengan siluman wanitanya yang sering menggoda lelaki. Bagi yang tak kuat imannya, sudah barang tentu terkena rayuan dan jebakan maut dari sang siluman wanita.
Setelah mendengar cerita itu, Hartono merasa mual dan jijik. Apalagi dirinya sempat melakukan hubungan intim dengan siluman wanita itu. Walau begitu, para sahabatnya bersyukur karena Hartono tetap sehat dan berjanji akan selalu mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Jum’at siang itu juga, mereka pun segera pulang ke Jakarta. Bagi Hartono, peritiwa itu adalah kenangan yang tak terlupakan karena dirinya telah bercinta dengan siluman wanita Coban Rondo.

Tarling Cirebon "JALUK IMBUH"