Aku tak bisa seperti mereka yang membuaikan
ketenangan malam bersama bait-bait puisi indah menentramkan kesepian layaknya
tahta bulan sabit merah dihiasi tetangganya rasi bintang agar kau tak
sepi hangat dengan untaian kata yang membelaimu hingga fajar menjelang
Aku tak bisa seperti mereka yang membalut
keindahan fajar bersama pantun-pantun melayu nan syahdu menyejuk kalbu layaknya
butiran embun yang menyinggahi kembang-kembang agar kesejukan tetap membalut
semangatmu hingga terik siang
Dan apalah daya... pun nadaku parau
mengelus kemegahan senja untukmu dengan senandungkan tembang-tembang kidung
rindu layaknya rona magenta menandakan kawanan camar bersarang agar kau
mengerti bahwa jiwa ragamu amat berharga untukku
Tiada seindah mereka aku hanya bisa
berucap: “aku sayang kamu” ya, hanya itu saja tapi kuingin menerjemahkan tiga
kata itu demi terpancarnya menawan senyummu
Aku hanya seperti petani yang masih belajar
dengan peluh membangun pematang-pematang di atas hamparan kebun berharap demi
sekuntum mawar tumbuh merekah dan berbiji lalu menyemaikan biji-bijinya itu di
pematang lainnya moga tumbuh segar bersama butiran peluh yang kueluskan
Kaulah sekuntum mawar yang menali mata
kaulah harapanku tukmu tumbuh, terpelihara dan terjaga di atas kebunku dengan
peluh dalam putaran waktu untukmu
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.