Thursday, October 25, 2012

Sejarah Musik Pop Sunda

Musik pop Sunda merupakan representasi dari kreativitas musisi Sunda. Genre musik ini tidak bisa melepaskan diri dari jasa Koko Koswara (alm) yang lebih populer dengan julukan Mang Koko. Ia sempat membidani kelahiran beberapa musisi pop Sunda untuk meramaikan jagat musik Nusantara, di antaranya Nano S, yang menggubah pop Sunda dengan menggabungkan degung kawih dan instrumen musik Barat. Beliau adalah salah satu pelopor awal musik pop Sunda, yang untuk konteks kekinian pamor musik ini kian meredup seiring dengan gegap gempitanya aliran musik yang lebih kontemporer dan muda.
Memang betul musik pop Sunda tidak bisa dibandingkan dengan musik pop Barat dan nasional. Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri juga bahwa musik pop Sunda masih dicintai sebagian generasi Sunda, utamanya saya sendiri. Saya sekarang sedang menggandrungi lagu "Instrument Degung Kecapi Suling" karena memang enak dan nikmat didengarkan. Mang Koko Musik pop Sunda merupakan salah satu produk kebudayaan yang dihasilkan dari dialektika musisi suku Sunda dengan pengalaman rakyat Sunda, kemudian dikemas secara estetik untuk menumbuhkan kembali kesadaran akan jati diri kesundaan. Dengan semangat modernisasi, mereka tidak terpaku pada alat-alat musik Sunda semata, tetapi mengolaborasikannya dengan alat-alat musik Barat (diatonik) untuk melestarikan seni dan budaya sehingga melahirkan genre musik pop Sunda.
Secara historis, menurut Edwin Juriens (2006), kelahiran musik pop Sunda dibidani seniman Bandung Nada Kantjana pada tahun 1950-an. Mereka adalah pelopor pengombinasian lirik Sunda dengan instrumen-instrumen musik pop Barat di bawah pimpinan Muhammad Yassin. Setelah itu, tongkat estafet penciptaan musik pop Sunda diteruskan Djuhari dan Mang Koko.

Sekarang, dengan perkembangan zaman yang terjadi, lahir musisi muda independen yang mengawinkan nada-nada Sunda dengan nada rock, pop, hip hop, rap, dan sebagainya.

Pelestarian warisan Fenomena tersebut merupakan wujud dari keikutsertaan kreativitas budaya yang saling memberikan timbal balik. Musik pop Sunda, seiring dengan waktu yang semakin bergulir, pun tentu menemukan muara perubahan. Akan tetapi, yang harus diperhatikan adalah pelestarian budaya Sunda melalui berbagai instrumen musik. Lewat media musik setiap warisan Ki Sunda akan lebih tahan banting menangkal upaya pendegradasian jati diri masyarakat lokal. Dalam musik pop Sunda, jati diri terlihat lebih terpelihara karena kesyahduan dan kesederhanaan struktur bahasa (baca: syair) yang disajikan. Akan tetapi, bagi anak muda seangkatan saya, misalnya, diperlukan kolaborasi musik Sunda agar terkesan tidak ketinggalan zaman, misalnya kolaborasi instrumen musik khas Sunda dengan instrumen musik rock yang dilakukan anak- anak band. Ini tidak boleh dilarang karena yang terpenting adalah ada kemauan dari kalangan muda untuk melestarikan budaya Sunda dengan membuat lirik berbahasa Sunda. Mungkin saja saya serta jajaka dan mojang Sunda lain akan lebih menjiwai alunan lagu Barat meskipun tidak kaharti karena ingin terlihat "gaul". Maka dari itu, lahirnya aliran musik pop atau rock Sunda di belantika kesenian musik merupakan gerbang awal untuk melestarikan bahasa, identitas, filsafat hidup, dan produk budaya warisan Ki Sunda lainnya.

Kita semestinya mampu menggunakan media kontemporer untuk kepentingan pelestarian khazanah kesundaan yang eksistensinya kini kian mengerucut pada satu jurang.

No comments:

Post a Comment

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

Tarling Cirebon "JALUK IMBUH"